Malam itu anak-anakku tidur dengan pakaian rapi, istilah mereka “baju
pergi”. Jam sudah menunjukkan 22.15 ketika aku melihat kamar tidur
anak-anak. Aku tanya istriku, “Kok anak-anak bajunya rapi, habis pergi
dari mana tadi?”
“Lho kan nunggu Bapak, katanya mau ajak ke Gramedia malam tadi, ditunggu habis maghrib tidak datang, anak-anak terus main-main sendiri, sampai kelelahan, trus ketiduran deh… kata Zakky, Bapak sudah janji mau beliin buku cerita baru”.
“Lho kan nunggu Bapak, katanya mau ajak ke Gramedia malam tadi, ditunggu habis maghrib tidak datang, anak-anak terus main-main sendiri, sampai kelelahan, trus ketiduran deh… kata Zakky, Bapak sudah janji mau beliin buku cerita baru”.
“Rasanya aku tak pernah berjanji ke anak-anak untuk temani mereka ke
Gramedia hari ini. Mereka yang sudah lama minta diantar ke Gramedia, tp
aku belum menyanggupi. Sekarang-sekarang ini, aku sudah tidak berani
lagi janji ajak anak-anak jalan-jalan, kecuali sabtu-minggu” kataku
dengan nada pembelaan.
“Marah kah mereka karena aku pulang telat?” kataku pada istriku yg masih membuatkanku secangkir kopi panas.
“Enggak tuh, kayaknya mereka terus lupa, meski beberapa saat nanyain terus, kok Bapak belum pulang ya, terutama si Icha tuh”, sahut istriku.
“Mereka terus main-main bertiga, tumben tetehnya mau asuh adik-adiknya, bertiga lari kesana-kemari, ketawa-ketawa, pokoknya rumah sudah kayak kapal pecah tadi, sebelum mereka tidur” sambungnya lagi.
“I see…”, jawabku dengan lelah.
* * * * * *
Beberapa hari kemudian, si kecil Icha bilang ke bapaknya, “Pak, kita kan mau berenang di kolam renang, kok enggak jadi wae…”
Kataku, “Sayang, kan kita belum libur, kakak juga belum libur sekolahnya”
“Tapi kan hari minggu libur…” kata Icha lagi.
“Iya, Sayang, pas hari minggu kebetulan ada om-om teman Bapak kan main ke rumah, mereka lagi perlu Bapak, karena om-om itu sedang punya masalah yang perlu Bapak untuk bercerita” kataku membela diri.
“Oooh…. begitu, tapi kapan kita berenang?”
“Secepatnya Sayang, kalo kita sudah liburan ya, kita berenang sama-sama”, kataku dengan getirrr…
“Sekarang mandi air anget aja yuk, dimandiin Bapak…”
“Yukkk… yukkk… asyiiikkkk” katanya tanpa beban, keceriaannya muncul spontan…
* * * * * * *
Malam kemarin aku pulang, rumah sepi… jam sudah menunjukkan 20.30. Nobody’s home. Aku sms istriku tidak ada jawaban. karena capek, aku ketiduran di sofa.
Satu jam kemudian aku terbangun karena suara-suara. Aku dapati rumah sudah rame lagi. ada secangkir kopi panas di meja makan dan kue bolu kukus kesukaanku. Si sulung Azizah sedang ngupas mangga arum manis kesukaanku, Zakky lagi bacain buku buat adiknya Icha.
“Pak, Icha tadi yang motong kueh bolu buat Bapak”, kata Icha.
“Zakky yang buatin kopi buat Bapak loh…” kata Zakky
“Nih, mangga kesukaan Bapak”, sambung si sulung.
“Pak nanti kita berenang ya di kolam renang ya…” tagih si bungsu Icha.
Ibunya tersenyum…. aku tertegun….. Ah, anak-anak selalu memiliki cinta tulus untukku. Tak peduli berapa kali aku sudah tidak menepati “janjiku”, meski dalam versiku aku sudah berhati-hati dalam berjanji sama anak-anak, tapi dalam versi mereka kita bersama sudah punya komitmen.
Anak-anak selalu memiliki cinta sejati, tak ada pamrih, tak ada kecewa, tak ada kekesalan… mereka selalu riang gembira karena cinta…
aku yang harus belajar banyak (lagi) mencintai.
“Marah kah mereka karena aku pulang telat?” kataku pada istriku yg masih membuatkanku secangkir kopi panas.
“Enggak tuh, kayaknya mereka terus lupa, meski beberapa saat nanyain terus, kok Bapak belum pulang ya, terutama si Icha tuh”, sahut istriku.
“Mereka terus main-main bertiga, tumben tetehnya mau asuh adik-adiknya, bertiga lari kesana-kemari, ketawa-ketawa, pokoknya rumah sudah kayak kapal pecah tadi, sebelum mereka tidur” sambungnya lagi.
“I see…”, jawabku dengan lelah.
* * * * * *
Beberapa hari kemudian, si kecil Icha bilang ke bapaknya, “Pak, kita kan mau berenang di kolam renang, kok enggak jadi wae…”
Kataku, “Sayang, kan kita belum libur, kakak juga belum libur sekolahnya”
“Tapi kan hari minggu libur…” kata Icha lagi.
“Iya, Sayang, pas hari minggu kebetulan ada om-om teman Bapak kan main ke rumah, mereka lagi perlu Bapak, karena om-om itu sedang punya masalah yang perlu Bapak untuk bercerita” kataku membela diri.
“Oooh…. begitu, tapi kapan kita berenang?”
“Secepatnya Sayang, kalo kita sudah liburan ya, kita berenang sama-sama”, kataku dengan getirrr…
“Sekarang mandi air anget aja yuk, dimandiin Bapak…”
“Yukkk… yukkk… asyiiikkkk” katanya tanpa beban, keceriaannya muncul spontan…
* * * * * * *
Malam kemarin aku pulang, rumah sepi… jam sudah menunjukkan 20.30. Nobody’s home. Aku sms istriku tidak ada jawaban. karena capek, aku ketiduran di sofa.
Satu jam kemudian aku terbangun karena suara-suara. Aku dapati rumah sudah rame lagi. ada secangkir kopi panas di meja makan dan kue bolu kukus kesukaanku. Si sulung Azizah sedang ngupas mangga arum manis kesukaanku, Zakky lagi bacain buku buat adiknya Icha.
“Pak, Icha tadi yang motong kueh bolu buat Bapak”, kata Icha.
“Zakky yang buatin kopi buat Bapak loh…” kata Zakky
“Nih, mangga kesukaan Bapak”, sambung si sulung.
“Pak nanti kita berenang ya di kolam renang ya…” tagih si bungsu Icha.
Ibunya tersenyum…. aku tertegun….. Ah, anak-anak selalu memiliki cinta tulus untukku. Tak peduli berapa kali aku sudah tidak menepati “janjiku”, meski dalam versiku aku sudah berhati-hati dalam berjanji sama anak-anak, tapi dalam versi mereka kita bersama sudah punya komitmen.
Anak-anak selalu memiliki cinta sejati, tak ada pamrih, tak ada kecewa, tak ada kekesalan… mereka selalu riang gembira karena cinta…
aku yang harus belajar banyak (lagi) mencintai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar