“Saya terharu, lagu saya berjudul Tuhan -tahun depan umurnya 50 tahun, lahir di Salman. Ada ikatan ruh yang kuat antara diri saya dengan Masjid Salman. Dari masjid ini lagu pertama saya itu mulai dibuat,“
Syam Bimbo, dengan agak terbata sebab teringat kenangan kala itu, bercerita tentang terciptanya lagu religi yang hit: Tuhan, pada awal-awal berdirinya Masjid Salman ITB.
“Saya shalat Jumat di sini. Jumatan, kan, ada dua babak (khotbah). Pada babak kedua, saat berdoa, saya sudah tidak dengar apa-apa lagi. Yang masuk dalam otak saya adalah lirik: “Tuhan tempat aku berteduh....” Selesai sembayang, pulang ke rumah dan langsung bikin lagu. Jadilah lagu pertama berjudul Tuhan,” kakak sulung Grup Bimbo itu melanjutkan.
Raden Muhamad Samsudin Dajat Hardjakusumah, nama lengkap Syam, adalah alumni Seni Rupa ITB lulusan tahun 1968. Beliau sangat akrab dengan Prof. Achmad Sadali, Guru Besar Seni Rupa–salah satu pendiri Masjid Salman ITB, dan dengan Ir. H. Achmad Noe’man, adik Pak Sadali –arsitek Masjid Salman, yang juga dikenal sebagai Maestro Arsitektur Masjid Indonesia
Bersama Acil dan Jaka, “gegedug” BIMBO ini hadir dalam Special Performance di Masjid Salman dalam acara Halal Bi Halal masjid kampus pertama di Indonesia itu, yang dilaksanakan tadi pagi hingga siang, dan berlanjut sampai sore hari pada unit kegiatan masing-masing.
Grup band bentukan tahun 1967, yang tetap bertahan dan terus produktif menghasilkan lagu-lagu enak dan bermakna, itu bersedekah tiga lagu. Dengan suplai lirik dari salah satu penyair terbaik Indonesia, Taufik Ismail, selain pop, BIMBO menyanyikan lagu-lagu qasidah yang teksnya padat, berisi, dan tak pernah tertandingi!
Ketika Syam, Acil, dan Jaka melagukan “Tuhan”- yang berisi renungan dan harapan, terlihat raut khusyuk dari ketiga bersaudara ini. Syam tampak berkaca-kaca.
Lagu kedua, Nusantara Kita, bernada ceria.
Lirik dan lagu ketiga, Sajadah Panjang, menyesakkan dada. Bait demi bait membawa diri semakin mendekat ilahi. Nyanyian ini mengusik hati. Indra penglihatan saya membasah. Butir-butir hangat dari sudut mata melipir menyusuri pipi.
Melalui “Tuhan” dan “Sajadah Panjang” seakan Tuhan hadir di sini, menyapa para peserta dan mendengar doa mereka.
Penampilan BIMBO adalah salah satu sisi saja dalam silaturahmi para “mantan” aktivis rumah ibadah yang menjadi rujukan dalam manajemen dan berbagai pelatihan masjid-masjid kampus di Indonesia itu. BAKTI ALUMNI UNTUK NEGERI –Selangkah Menuju Groundbreaking RS Salman Hospital” adalah tema yang diangkat panitia.
Para alumni yang dahulu semasa mahasiswa (juga yang sudah jadi dosen) terlibat dalam satu atau lebih dari sekitar 11 unit kegiatan dan meliputi banyak aspek tersebut, yang sekarang sudah menyebar ke berbagai penjuru bumi, bahu membahu untuk merealisasikan apa yang dicita-citakan sejak lama.
Untuk memberikan manfaat yang lebih luas bagi masyarakat, tidak saja dalam bidang keagamaan, saat ini Salman sedang mewujudkan membangun sarana kesehatan: Rumah Sakit SALMAN HOSPITAL, berlokasi di Soreang, Bandung Selatan.
Beberapa alumni yang kini berada di Jerman, Norwegia, Amerika, Jepang, Australia, dan Saudi Arabia–melalui Zoom, menyapa teman-temannya di Jalan Ganesha dan di mana pun berada; juga berdoa untuk SALMAN HOSPITAL.
Sesuai jadwal, tepat pukul 09.00 acara dimulai. Dengan logat Sunda yang kental –sehingga suasana terasa lebih membumi, Kang Daan Aria memandu acara. Jadilah silaturahmi ini makin terasa sedap, renyah, nyaman, juga santai tapi serius.
Halal Bi Halal dihadiri, selain oleh guru kami semua -dari dahulu hingga kini: Prof. Dr. Miftah Faridl (di masjid biasa dipanggil dengan Pak Miftah saja); juga ada Rektor ITB, Ketua IA ITB, para Pembina Salman, dan tokoh-tokoh.
Sebelum mengakhiri coretan ringan ini, disampaikan sekilas sejarah berdirinya bangunan berbentuk beda, rumah ibadah bersejarah ini. Saya ambil dari apa yang disampaikan Bang Mus (Dr. Ir. Muslimin Nasution) -salah seorang founding fathers Masjid Salman pada Talk Show HBH ini; juga dilengkapi dari wikipedia dengan redaksi tidak persis sama.
Pada 27 Mei 1960, mahasiswa ITB, untuk pertama kali, mengadakan ibadah shalat Jumat di Gedung Aula Barat.
Desakan yang kuat akan perlunya masjid, membawa Prof. T. M. Soelaiman, Pak Achmad Noe'man, Pak Achmad Sadali, dan Pak Ajat Sudrajat, pada 28 Mei 1964, berangkat ke Istana, menghadap Kepala Negara. Presiden Soekarno menyetujui dibangunnya masjid di lingkungan kampus ITB. Beliau sendiri menjadi pelindungnya, dan memberi nama masjid itu: Salman.
Pada tahun 1964, rektor baru ITB, Prof. Ukar Bratakusuma menyetujui dibangunnya masjid di Jalan Ganesha. Pada akhir 1964, sebuah mushalla sementara selesai dibangun. Bagian masjid yang pertama kali dibangun adalah menara dan diresmikan pada 22 Juni 1965.
Pada 5 Mei 1972, bangunan masjid diresmikan bersaman dengan dilaksanakannya shalat Jumat.
Sekarang, masjid kampus yang unik ini (diberi nama oleh Kepala Negara, pelindungnya seorang presiden, bentuk atapnya tidak kubah tapi gambaran tangan yang sedang menengadah –berdoa kepada yang Mahakuasa, dan alumninya menyebar ke berbagai penjuru negeri hingga banyak belahan dunia -serta tetap dipersatukan hatinya agar berbuat lebih banyak bagi bangsa), berdiri megah namun anggun; dengan segudang kegiatan.
Dari pagi hingga memasuki malam hari masjid tanpa kubah ini tak pernah sepi, membina mahasiswa dari pelbagai pelosok negeri; juga anak-anak dan para remaja yang senang belajar hingga ibu-ibu yang tetap haus ilmu.
Seperti dengan berdirinya Masjid Salman yang kemudian memberikan sangat banyak manfaat, semoga gedung Rumah Sakit SALMAN HOSPITAL segera menjadi kenyataan. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, bangunan ini berdiri tegak, memberikan manfaat bagi umat. Tak terbatas bagi kesehatan, tapi juga keimanan.
Dan, semoga silaturahmi di antara alumni tetap terjalin dengan saling berbagi dalam kebaikan kepada sesama, berkontribusi untuk negeri.
Saya ingin menutup tulisan ini dengan hadits yang saya kutip dari edaran panitia melaui WA:
“Barangsiapa ingin dilapangkan rezekinya dan ditambah umurnya, maka hendaklah menjalin silaturahmi.“ (H.R. Bukhari).
Ciomas, menjelang tengah malam, 5 Juni; dan difinalisasi bakda Subuh, 6 Juni 2021.
Salam , Jr. (Jonih Rahmat)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar