Siapa yang tak kenal dengan permainan Catur, bahkan Indonesia punya Grand Master untuk salah satu Cabang Olah Raga yang sudah mendunia ini.
Ternyata Kotak pada papan Catur itu memiliki rahasia Matematika yang Luar biasa besar. Rahasia apakah itu, dan siapa pencipta permainan Catur ini?.
Hampir di seluruh Dunia, permainan Catur dikenal sebagai salah satu permainan Olah pikir yang tua. Saking tuanya sejarah Catur ini, sehingga muncul banyak dongeng mengenai asal-usulnya, namun sukar untuk dibuktikan kebenarannya. barangkali sobat punya referensi yang lebih akurat untuk menguak sejarah terciptanya permainan Catur ? Sobat bisa berbagi dengan sobat yang lain untuk melengkapi cerita berikut ini.
Jumlah Kotak papan Catur
Posisi permainan Catur
Berikut ini adalah Dongeng Ibnu Khalikan, beliau seorang penulis riwayat yang hidup pada abad ke 13.Dalam riwayatnya Ibnu Khalikan menyebutkan bahwa Catur berasal dari India, dan penemunya bernama Sisah Ibnu Dahir.
Konon permainan baru yang mengasyikan hasil karya Sisah Ibnu Dahir itu dikagumi oleh Sang Raja yakni Raja Syihram. Demi mengetahui bahwa Sisah itu adalah seorang rakyatnya, maka Raja berniat memberi hadiah pada penemu Catur itu. Maka ia pun menyuruh Punggawa kerajaan untuk memanggil Sisah ke Istananya.
"Aku ingin memberikan hadiah yang berharga atas penemuanmu yang mengagumkan itu," titah Raja Syirham ketika Sisah datang menghadap. "Aku cukup kaya dan sanggup memenuhi segala keinginanmu itu Sisah," lanjutnya
Sisah diam saja, lalu Raja Bersabda, "Jangan malu, katakan keinginanmu, pasti kukabulkan."
" Maafkan Hamba, ya Raja kami yang Agung dan Pemurah, hamba mohon waktu sehari untuk memikirkannya, jika Tuanku berkenan mengizinkan permohonan hamba ini" Jawab Sisah kemudian.
Mendengar permohonan Sisah , maka raja pun mengizinkannya.
Malam harinya, Guru yang sederhana itu memikirkan hadiah yang hendak dimintanya, hingga
keeseokan harinya dihadapan Sang Raja, berkatalah Sisah, "Ya Tuanku, Hamba telah merenungkan berbagai hadiah yang menyenangkan, akhirnya inilah hadiah yang hamba pilih, Hamba mohon hadiah Sebutir Gandum untuk Kotak pertama papan Catur, Dua butir Gandum untuk petak kedua......"
" Dua butir Gandum katamu,"? bertanya Raja keheranan.
" Ya, Tuanku, Dua butir gandum untuk kotak kedua, selanjutnya, hamba moho Empat butir untuk kotak ketiga, Delapan butir untuk kotak ke empat, Enam belas butir untuk kotak Kelima, Tiga puluh dua butir untuk Kotak ke Enam, Enam puluh empat butir untuk ........,"
"Cukup, cukup," Sela Baginda Syihram dengan tidak sabar, ketika mendengar permintaan sederhana itu.
"Kau akan menerima hadiahmu untuk Ke Enam puluh Empat Kotak papan Catur itu. Tiap kotak berisi dua kali isi kotak sebelumnya, tetapi ketahuilah bahwa permintaanmu itu sungguh merendahkan kemurahan hatiku, apalgi engkau seorang Guru, pulanglah, punggawaku akan segera mengantarkan gandum permintaanmu itu," Kata Sang Raja kemudian.
"Mohon ampun atas kelancangan saya, ya Tuanku, hamba mohon diri," Penemu Catur itu keluar istana dengan senyum terkulum.
Malam harinya saat bersantap malam, Baginda teringat akan permintaan Sisah, lalu bertanya apakah Gandum untuk Sisah sudah dikirimkan ke rumahnya. Ketika didengarnya bahwa Gandum belum dikirimkan, baginda mengernyitkan dahi keheranan, belum pernah perintahnya dijalankan selambat itu.
Kemudian Baginda menanyakan sekali lagi apakah Perintahnya sudah dijalankan apa belum.
" Tuanku, " sahut seorang pegawai Istana, " Juru Hitung Kerajaan belum selesai menghitung jumlah butir Gandum yang harus dihadiahkan."
"Bodoh, mengapa lambat benar dia menghitung, sebelum ayam berkokok besok pagi, Sisah harus sudah menerima gandumnya, jika tidak, maka kalian semua akan ku pecat." Sabda sang Raja dengan marah.
Keesokan harinya, pagi-pagi sekali, seorang pegawai istana melapor kepada Sang Raja bahwa Juru Hitung mohon menghadap.
" Sebelum engkau bicara, katakan apakah perintahku sudah kemarin sudah terlaksana? " tanya Sang Raja
" Justru itulah yang hendak hamba sampaikan, Tuanku, setelah hamba menghitungnya dengan teliti permintaan Guru Sisah itu, ternyata jumlahnya luar biasa besar Tuanku."
Raja Syihram, mulai hilang kesabarannya, sabdanya dengan sangat keras, "Berapapun besarnya, janji Raja harus ditepati, Lumbung Kerajaan cukup besar untuk memenuhi permintaan Sisah yaang sekecil itu."
" Ampun Tuanku, Kerajaan Tuanku tidak akan mampu memenuhi permintaan Sisah itu. Seluruh persediaan gandum di negeri ini, bahkan diseluruh dunia sekalipun, tidak cukup untuk memenuhi permintaannya, Kalau seandainya seluruh permukaan bumi ini ditanami gandum, setelah lautan dikeringkan untuk ditanami gandum, barulah mungkin Tuanku dapat memenuhi permintaan Sisah. Untuk menampung gandum sebanyak itu, Tuanku akan memerlukan Lumbung yang tingginya Delapan Hasta, Lebarnya Sepuluh Hasta dan panjangnya sama dengan jarak Bumi ke Matahari.
Baginda tertegun mendengar kalimat juru hitungnya itu, namun ia ingin mengetahui juga Angkanya. Raja kemudian bertanya," Berapa butir semuanya?". Juru hitung kemudian menunjukan angka yang sudah di catatnya, disana tertulis angka 18.446.744.073.709.551.615.
Itulah jumlah Butir Gandum yang harus di berikan kepada Sisah sebagai Hadiah
Itulah Cerita tentang Papan Catur dan Butir gandum itu, Entah bagaimana akhir dari ceritanya, ada yang mengatakan bahwa sang Guru mengalami nasib yang menyedihkan karena ia mati ditiang gantungan. Yang pasti Raja Syihram tak sanggup memenuhi permintaan Sisah Ibnu Dahir itu.
Diakalangan Ahli matematika, mereka tidak berhenti menghitung hanya sampai kotak ke Enam puluh empat saja, tetapi para pecinta matematika juga berusaha menghitung, berapa kapal yang akan mengangkut Gandumitu, berapa berat gandum itu, berapa karung yang harus dibuat untuk wadah gandum itu, berapa harga seluruhnya.
Diantara mereka juga terdengar pendapat, " Sayangnya Raja Syihram bukan ahli matematika, andaikata ia ahli, ia akan dapat meluluskan permintaan Sang Guru tanpa membahayakan persediaan Lumbung Kerajaannya." ia dapat saja mengajukan usul, " Sisah, permohonanmu kukabulkan, tapi kau harus menghitung sendiri butir demi butir gandum yang kau minta."
Cobalah kita sejenak menganalisa jumlah waktu yang diperlukan untuk menghitung butir gandum Sisah itu.
Jika penghitungan satu butir gandum memerlukan waktu satu detik, maka dalam satu menit dapat diperoleh 60 butir, satu Jam 3600 butir, dalam satu hari 86.400 butir. dalam satu Tahun, 31.536.000 butir, dalam Seratus Tahun 3.153.600.000 butir dan seterusnya. itu jika perhitungan dilakukan siang malam. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas itu lamanya mendekati 584.943.368.649 Tahun.
Tidak ada badan yang sanggup mengadung hayat selama itu.
Ok, coba Teman-teman buktikan apakah angka yang ditemukan oleh juru hitung Istana itu sama dengan yang anda dapatkan, dan berapa besar kira-kira tempat yang dibutuhkan untuk menampung Gandum-gandum itu.
Kotak pertama berisi 1 butir, kotak kedua 2 butir, kotak ketiga 4 butir, kotak keempat 8 butir, kotak kelima 16 butir, kotak ke enam 32 butir, kotak ketujuh 64 butir, kotak kedelapan 128 butir, kotak kesepuluh 256 butir, .....dst, Setiap kotak berisi butir gandum 2X jumlah butir gandum sebelumnya. Seterusnya hingga kotak ke enam puluh empat karena papan catur memiliki 64 kotak berselang seling, biasanya berwarna hitam-putih.
Thanks To : http://www.andrian-suseno.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar