Dalam teori MBTI (Myer Briggs Type Indicator) yang dikembangkan oleh Katherine Cook Briggs dan putrinya bernama Isabel Briggs Myer. Mereka menyebutjan bahwa manusia dibagi dalam 16 kepribadian.
Sedangkan dalam teori STIFIn yang di gagas oleh Farid Poniman, dalam diri manusia ada lima kercerdasan dan 9 kepribadian.
Demikian juga teori dari Oliver Tann, Ph.D dari Harvard University. Ia menulis dalam bukunya THE POWER OF NUMBERS. Pada intinya manusia memiliki 9 kepribadian.
Hampir sejalan dengan tulisan Ken Mugen, Ph.D dari Jepang dalam buku THE BOOK OF IKIGAI. Meski dalam buku ini lebih merujuk kepada aplikasi pengembangan kepribadian manusia. Dari teori ini lahirlah apa yang disebut dengan mission, passion, profesion, vocation. Keempat akhiran 'on' tadi disebut Ikigai.
Sesuatu hal yang mustahil. Bila manusia yang punya kebribadian dan passion yang berbeda namun disatukan dalam kurikulum yang sama. Akibatnya pilihan anak didik sudah dipatok. Tidak bisa berimprovisasi dan daya kreativitas sudah disumbat sejak awal.
Alhasil pendidikan yang tinggi dengan biaya mahal dan susah payah didapatkan. Di saat lulus tidak dibutuhkan di masyarakat. Maka yang terjadi adalah adanya kerancuan dari pendidikan yang didapat dengan pekerjaan yang diterima.
- Kuliah di kedokteran, bekerja jadi artis atau pengusaha.
- Kuliah di pertanian, bekerja jadi marketing asuransi.
- Kuliah teknik industri, bekerja jadi staf ahli anggota DPR.
Karena ada penemuan dari para ahli di atas, maka sebaiknya fokus dengan potensi anak sejak dini. Karena tidak semua anak bakalan hebat kuliah di kedokteran atau jadi arsitek, atau harus semua jadi ahli astronot dan pakar bidang matematika.
Mereka bisa juga bakatnya di seni atau olah raga. Termasuk psikolog, atau mereka senang jadi guru atau dosen. Namun tidak suka berpolitik.
Bisa jadi para guru yang ada di dalam kelas telah mengetahui bakat dan potensi anak didiknya. Tapi mereka disibukkan dengan pekerjaan administratif yang bisa jadi tidak ada kaitannya dengan anak didik.
Guru tahu bahwa murid perlu berimprovisasi dan berkreativitas. Namun waktu untuk mendampingi anak didik habis waktu untuk membuat modul, narasi dan silabus satuan mata pelajaran.
Tidak mengherankan, bila saat ini orang tua lebih membidik dalam mendidik anaknya berpolakan home schooling. Bagi mereka, belajar berpolakan home schooling lebih menarik, aplikatif dan tidak membuat borring anak didik.
Selamat hari guru...
Termasuk buat saya juga. Karena Trainer pada dasarnya guru juga. Cuman beda fungsi dan waktu berinteraksi dengan trainee.
Wass. Wr. Wb.
Cacan Somantri Agis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar