Ada seorang anak yang sangat mudah pemarah.Untuk mengurangi kebiasaannya, sang ayah memberi sekantong paku dan meminta si anak untuk memakukannya ke pagar di belakang rumah setiap kali ia marah.
Anak itu pun melakukannya. Pada hari pertama ia memaku lebih dari 50 kali. Namun dari hari ke hari ia bisa mengurangi jumlah paku yg dipakukan ke pagar.
Ia pun menyadari bahwa lebih mudah menahan amarah ketimbang harus memukul paku ke pagar.Akhirnya sampai lah ia pada tahap tidak lagi memaku pagar dan bisa mengendalikan amarahnya.
Si anak memberitahu keberhasilannya kepada ayahnya yang kemudian menyuruhnya untuk mencabut paku-paku tersebut setiap kali ia tidak marah.Si anak pun menyanggupi.
Berkat kerja kerasnya,semua paku akhirnya tercabut dan ia mengklaim telah menjadi manusia yg jauh lebih baik.Ia memberitahu ayahnya.
Sambil menuntunnya ke pagar, sang ayah berkata: “Kamu telah berhasil dengan baik, sangat baik malah. Namun lihatlah lubang2 bekas paku di pagar itu.Kamu tidak bisa menutupi bahkan memperbaikinya seperti semula.
Ketika kamu mengatakan sesuatu dlm kemarahan, kata2 itu meninggalkan bekas di pagar ini, di hati org lain. Kamu dapat memakukan paku2 di pagar lalu mencabut kembali paku-paku itu tapi tak peduli beberapa kali kamu meminta maaf, lubang itu tetap ada.
Luka karena kata2 adalah sama buruknya dengan luka fisik”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar